Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) meluncurkan e-MESO Mobile. Aplikasi Android e-MESO Mobile ini merupakan platform pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau biasa disebut Efek Samping Obat (ESO).
Menurut Kepala BPOM, Penny K Lukito, aplikasi ini dimaksudkan untuk memperkuat pengawasan penggunaan obat dalam rangka menjaga keselamatan pasien.
Pelaporan dapat dilakukan melalui faskes, apotek atau rumah sakit.
Berkaitan dengan peluncuran aplikasi e_MESO Mobile, BPOM menggelar talkshow Farmakovigilans dengan tema ‘Deteksi Dini Risiko Keamanan Obat melalui MESO’, pada Senin, 20 Maret 2023 lalu.
Dalam kegiatan tersebut Ikatan Apoteker Indonesia diwakili oleh Wakil Sekjen Dr Apt Lusy Noviani, MM yang hadir secara luring dan memberikan tanggapan langsung.
Acara ini bertujuan untuk membahas bagaimana tenaga kesehatan dapat bersama-sama melakukan deteksi dini risiko keamanan obat melalui MESO dan melakukan pelaporan efek samping obat (ESO) melalui laman https://e-meso.pom.go.id/ADR.
Dalam talkshow tersebut disampaikan, pemantauan keamanan obat beredar dilakukan melalui penerapan farmakovigilans yang mencakup kegiatan pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.
Sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya farmakovigilans untuk mencapai tujuan keselamatan pasien.
Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak terkait seperti OMBUDSMAN RI, jajaran direktur Kementerian Kesehatan, asosiasi profesi, akademisi, Badan KARS, tenaga kesehatan, industri farmasi, teledicine, dan focal point farmakovigilance.
Hadir sebagai narasumber Plt. Deputi Bidang Pengawasan ONPPZA, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Sedangkan penanggap adalah Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Ketua Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP), WHO Indonesia, dan Indonesia Cancer Care Community (ICCC).
‘’Talkshow farmakovigilans ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi tenaga kesehatan unutk melakukan diskusi interaktif agar dapat bersama melakukan deteksi dini risiko keamanan obat melalui MESO,’’ tutur Lusy Noviani.
Kegiatan tersebut juga merupakan upaya sosialisasi mengenai aplikasi e-MESO Mobile sebagai satu inovasi yang dapat diakses dengan mudah, kapan saja dan dimana saja.
‘’IAI menyambut baik inovasi ini. Keberhasilan penggunaan e-MESO Mobile ini nantikan tidak lepas dari kolaborasi tenaga kesehatan,’’ tutur Lusy Noviani.
‘’Aplikasi e-MESO Mobile ini akan membantu apoteker dalam berperan aktif untuk turut menjaga keamanan obat,’’ tambah Lusy.
‘’Kolaborasi seluruh tenaga kesehatan dalam menjaga keamanan dan pelaporan ESO tidak hanya menjadi tanggungjawab professional, namun juga tanggungjawab moral seluruh tenaga kesehatan untuk satu tujuan yang sama, yaitu patient safety,’’ ungkap Lusy.
Talkshow Farmakovigilans ini menjadi bukti bahwa Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) terus aktif mempromosikan keselamatan pasien melalui kegiatan-kegiatan yang terkait dengan farmakovigilans.
Dengan adanya e-MESO mobile dan laman https://e-meso.pom.go.id/ADR, diharapkan akan semakin memudahkan tenaga kesehatan dalam melakukan pelaporan ESO sehingga risiko keamanan obat dapat dideteksi lebih dini dan pasien dapat terlindungi dengan lebih baik.
Selain itu, Talkshow Farmakovigilans ini juga menunjukkan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk Ombudsman RI, jajaran Direktur Kemenkes, asosiasi profesi, akademisi, badan KARS, tenaga kesehatan, industri farmasi, telemedicine, dan focal point farmakovigilance dalam menjaga keselamatan pasien.*
Dokumentasi acara: https://iai.id/gallery/aplikasi-e-meso-mobile-upaya-bpom-perkuat-pengawasan-obat