Wajah sampul Medisina kali adalah Sherly Meilianti, apoteker muda yang kini mengambil program doctor di UCL, University College London.
Walau masih muda, Sherly sudah menunjukkan eksistensinya di kalangan farmasis internasional. Pada akhir Kongres FIP di Glasgow awal September 2018, poster ilmiah Sherly dianugerahi The best Poster, mengalahkan ratusan poster ilmiah apoteker dari manca negara.
Sherly juga penyusun Pharmacy Workforce Intelligence: Global Trends Report – buku yang disusun bersama tokoh farmasi kondang Prof. Ian Bates. Buku tersebut memuat laporan penelitian berskala global tentang trend kapasitas tenaga kerja farmasi di dunia, yang diluncurkan pada hari pertama Kongres FIP 2018 di Glasgow, 2 September 2018.
Sherly yang juga salah seorang pengurus PP IAI 2018 – 2022, menyelesaikan S1 dan program apoteker di Fakultas Farmasi UI tahun 2011.
Setelah lulus ia sempat bekerja selama 3 bulan sebagai product executive di salah satu perusahaan farmasi, sebelum bergabung dengan Eka Hospital di Serpong. Baru setahun bekerja di RS tersebut, karena manajemen RS terkesan atas kinerjanya Sherly dipromosikan ke Eka Hospital di Pekanbaru untuk menjadi koordinator Departemen Farmasi yang selanjutnya diangkat menjadi Kepala Departemen.
Di tempat kerja baru di Pekanbaru, Sherly beradaptasi dan belajar memberikan keputusan dengan cepat dan tepat terkait dengan manajemen perbekalan kefarmasian, dan pemberian pelayanan kefarmasian kepada pasien. Saat itu Eka Hospital Pekanbaru memiliki sekitar 20 orang apoteker dan 50 orang asisten apoteker. Sherly juga terlibat menyiapkan rumah sakitnya agar berhasil meraih akreditasi nasional KARS dan akreditasi internasional JCI. Eka Hospital Pekanbaru akhirnya berhasil menjadi rumah sakit pertama di Sumatera yang berhasil menerima akreditasi Internasional JCI.
Selama bekerja di Pekanbaru, timbul keinginan Sherly untuk sekolah lagi karena melihat profesi apoteker di Indonesia masih kurang dihargai dan dikenal pasien, berbeda dengan profesi apoteker di negara maju lebih dikenal lewat praktik farmasi klinis yang handal dan lebih berkembang. Ia pun bertekad untuk melanjutkan pendidikan dan mulai rajin searching lewat internet mencari universitas yang menyediakan program farmasi klinis. Sherly akhirnya terpaut hatinya pada satu universitas di Inggris yaitu University College London (UCL) dan segera mengirimkan aplikasi. Setelah berjuang keras meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya (ILTS) untuk memenuhi standar buat kuliah di UCL, aplikasi Sherly akhirnya diterima.
Mengingat biaya kuliah di luar negeri sangat tinggi yang tak sanggup ditanggungnya, berbekal surat penerimaan di UCL, Sherly mengajukan permohonan beasiswa LPDP yang dikelola Departemen Keuangan. Permohonan beasiswa Sherly tidak berjalan mulus, ia tidak serta merta ulus. Tapi Sherly pantang menyerah. Ia mengajukan lagi aplikasi beasiswa LPDP. Usahanya gagal lagi. Pada Desember 2014 Sherly mengajukan kembali permohonan beasiswa. Akhirnya kegigihan Sherly membuahkan hasil. Permohonan Sherly untuk kuliah di UCL London dengan beasiswa LPDP disetujui setelah 3 kali berusaha.
Pengalaman Saat Menempuh Pendidikan Master di Inggris
Menempuh pendidikan master di Inggris merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi Sherly. Ia melihat langsung bagaimana profesi apoteker di Inggris diakui dan dihargai di dalam tim kesehatan di rumah sakit. Selama perkuliahan di UCL, ia menjadi tahu berbagai sistem kesehatan dan pelayanan kefarmasian di negara lain. Di samping itu, berbeda dengan pendidikan di Indonesia, mahasiswa di UCL dituntut untuk mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri, yang memaksa mahasiswa untuk banyak membaca dan menulis serta melakukan refleksi diri untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik.
Menurut Sherly, dengan kemampuan bahasa inggris yang pas-pasan, ia senantiasa lulus dengan predikat Distinction. Sherly percaya bahwa kemampuan bahasa Inggris yang fasih memang diperlukan, namun yang lebih penting adalah jika kita tetap bekerja keras dan memiliki semangat juang yang tinggi dalam mencapai tujuan. Jangan biarkan keterbatasan dalam berbahasa inggris menjadikan hambatan untuk menggapai impian. Salah satu pencapaian Shirley dengan keterbatasan berbahasa inggris yang dimilikinya selama kuliah di London adalah terpilihnya ia sebagai “The most student who would my classmate go to if they needed help with course work”.
Selama pengerjaan projek disertasi, Sherly sangat tertantang untuk memecahkan banyak masalah sendiri. Mengingat pembimbingnya merupakan orang yang sangat sibuk, selama penyusunan disertasi segala sesuatunya diputuskan dan dikerjakan sendiri, yang memberikan dampak Sherly lebih dewasa dan percaya diri lagi.
Disertasi master Sherly adalah mengenai audit dari pemberian obat secara mandiri oleh pasien di rumah sakit. Untuk penelitian tersebut Sherly melakukan interview kepada pasien warga Inggris secara langsung mengenai pengobatan mereka. Sherly merasa terinspirasi melihat motivasi mereka untuk meminum obat selama dan setelah mereka sudah pulang dari rumah sakit.
Keinginan untuk Melanjutkan Pendidikan Dokter
Setelah menyelesaikan pendidikan master, Sherly tertarik untuk melanjutkan pendidikan doktor. Sherly tertarik di dua bidang ilmu, yaitu Medication safety dan Pharmacy Education.
Setelah tahu siapa professor yang ahli di kedua bidang tersebut di London, Sherly minta pendapat dengan pembimbing skripsinya saat pendidikan sarjana di UI yaitu Prof. Yahdiana Harahap dan Santi Purna Sari. Dari hasil diskusi dengan mereka, pilihannya mengerucut untuk memilih pharmacy education karena saat ini pharmacy education di Indonesia perlu dikembangkan. Sherly kemudian memutuskan untuk mendekati Prof. Ian Bates, yang merupakan ahli di bidang pharmacy education yang namanya sudah dikenal di Indonesia. Dalam pertemuan pertama dengan Sherly, Prof. Ian Bates setuju Sherly menjadi mahasiswa bimbingannya.
Salah satu motivasi Sherly dalam memilih pendidikan doctoral di bidang pharmacy education dikarenakan dari report-report yang dikeluarkan oleh organisasi farmasi internasional FIP tidak ada perwakilan Indonesia dalam case study yang pernah dilakukan. Sherly sangat ingin membuat nama Indonesia dikenal sebagai anggota yang aktif dan terlibat di dalam proyek FIP.
Agar dapat mengikuti program doktor di Inggris. Sherly mengajukan permohonan untuk memperoleh beasiswa lanjutan lewat LPDP. Malangnya permohonan Sherly tidak serta merta dikabulkan. Tapi Sherly diberikan kesempatan sekali lagi mengajukan beasiswa LPDP untuk program doktor dengan perubahan proposal penelitian. Sherly kemudian mencoba untuk bertemu dengan Ketua PP IAI IAI , Nurul Falah berdiskusi tentang rancangan proyek penelitiannya. Sherly bersyukur sekali Ketua PP IAI menyambut baik rancangan projek penelitian saya dan memberikan masukan-masukan tersebut. Hal inilah yang dijadikan Sherly dasar untuk penyempurnaan revisi proposal kepada LPDP.
Akhirnya LPDP menyetujui memberikan beasiswa program doctor Sherly di UCL, London.
Tesis Mengenai Pengembangan Praktik Advance di Indonesia
Projek penelitian Sherly adalah mengenai pengembangan praktik advance pharmacy di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, permasalahan yang dihadapi oleh apoteker di Indonesia saat ini semakin kompleks baik dari segi pelayanan kefarmasian kepada pasien, maupun dari sisi pengembangan sediaan farmasi dan teknologi sediaan farmasi di Indonesia. Sherly menfokuskan penelitiannya terhadap pengembangan praktik advance di mana apoteker tersebut memiliki fleksibilitas, dapat beradaptasi, dan dapat mendemonstrasikan kompetensi yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik. Apoteker advance ini memiliki kemampuan yang lebih dibanding dengan apoteker yang baru lulus dan kemampuan ini dirasakan dampaknya oleh stakeholder lain.
Dalam pengembangan praktik advance, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan bahwa seseorang tersebut telah berada di tingkatan advance sangat penting dilakukan. Di negara lain, telah terdapat instrumen yang telah diakui validitasnya dalam menentukan apakah apoteker tersebut telah berada di tahapan advance atau belum. Terdapat enam kelompok kompetensi yang dimiliki oleh apoteker tersebut di antaranya, pakar dalam praktik profesi, komunikasi dan kolaborasi, kepemimpinan, managemen, pendidikan, pelatihan dan pengembangan, riset dan evaluasi.
Menurut Sherly, dengan pengembangan instrument dan sistem pengembangan profesi yang menggunakan instrument ini, akan memberikan pengembangan karir yang jelas kepada apoteker. Hal ini dapat dijadikan motivasi bagi apoteker untuk mengembangakan dirinya menjadi lebih baik lagi dan agar apoteker bisa mengidentifikasi celah yang mereka miliki untuk kemudian diisi agar mereka menjadi jauh lebih baik lagi.
Proyek ini merupakan proyek kolaboratif antara IAI dan FIP dalam rangka pengembangan profesi apoteker di Indonesia.
Aktif di FIP
Walau masih mahasiswa UCL, Sherly sering dilibatkan dalam kegiatan FIP (Organisasi Farmasi Dunia). Ia aktif dalam FIPEd sejak Kongress FIP di Seoul pada tahun 2017 yang merupakan kongres FIP pertamanya. Sherly juga kini terpilih sebagai academic liaison di FIP YPG periode 2018. Bergabung sebagai academic liaison di FIP YPG membuat Sherly dilibatkan di dua projek internasional yang sedang dilakukan oleh FIPEd yaitu advanced pharmacy practice dan workforce intelligence. Walaupun kedua projek ini tidak terkait dengan Pendidikan doktornya , terlibat dalam dua projek ini merupakan penghargaan dan pengalaman berharga buat Sherly. Di proyek workforce intelligence, Sherly dilibatkan untuk membantu analisis yang digunakan dalam buku report . Kita juga ikut bangga karena warga negara Indonesia tercetak sebagai co-author di buku penelitian berskala global : Pharmacy Workforce Intelligence: Global Trends Report.
Kegiatan Lain Sherly di London
Kegiatan lain yang dilakukan Sherly selama Pendidikan doktoral adalah menjadi asisten dosen di UCL School of Pharmacy. Ia aktif menjadi fasilitator dalam sesi Problem Based Learning untuk program Master Clinical Pharmacy International Practice and Policy. Ia juga dilibatkan sebagai penilai OSCEs untuk program sarjana dan master. Juga aktif terlibat sebagai Student Quality Reviewer di UCL yang menilai praktik mengajar dan modul dari dosen di UCL. Di sela-sela kesibukan serius yang membanggakan itu, Sherly masih sempat menonton film di bioskop, dan rajin menonton film serial di rumahnya di Kawasan Atherstone Court, London. Ada lagi satu hobbynya yang disampaikannya kepada Medisina, yakni memasak. Tentunya ini bukan sekadar hobby saja, tapi cara hidup hemat di London yang segalanya serba mahal itu.
Penulis: Drs. Azril Kimin, Sp.FRS, Apt
*Artikel ini bersumber dan sudah dipublikasikan di majalah Medisina Edisi 32 Oktober-Desember 2018.