(Bramirus Mikail, Asep Candra – Kompas Health)
Ibu hamil sebaiknya berpikir ulang untuk menggunakan obat antidepresi atau antidepresan. Mengapa? Sebuah riset teranyar menunjukkan, ibu hamil yang mengonsumsi antidepresan tertentu mungkin lebih cenderung melahirkan bayi dengan ukuran kepala yang lebih kecil.
Para peneliti mengatakan bahwa meskipun efek konsumsi obat antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dalam hal ini Paxil dan Prozac dapat membuat perasaan lebih rileks, tetapi hal ini dapat memicu risiko lebih tinggi kelahiran prematur.
"Pertumbuhan tubuh janin adalah penanda kesehatan janin, dan pertumbuhan kepala janin adalah penanda untuk perkembangan otak," kata pemimpin penelitian, Hanan El Marroun, dari departemen psikiatri anak dan remaja di Sophia Children Hospital dan Erasmus Medical Center, Rotterdam , Belanda.
"Kami menemukan, paparan obat antidepresan seperti SSRI selama masa kehamilan telah dikaitkan dengan penurunan pertumbuhan ukuran kepala, tetapi tidak memengaruhi pertumbuhan tubuh bayi," tambahnya.
Peneliti juga menemukan bahwa ibu dengan depresi yang tidak diobati, berisiko memiliki bayi dengan pertumbuhan yang lebih kecil baik di tubuh dan kepala.
"Jika depresi ini tidak diobati, itu mempengaruhi seluruh tubuh, tetapi jika ibu menggunakan SSRI, akan memengaruhi pertumbuhan kepala janin. Mungkin dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan kepala bayi yang lebih kecil tidak terkait dengan depresi, melainkan oleh SSRI (obat depresi)," jelas Marroun.
Marroun menerangkan, hal ini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan dalam serotonin otak - bahan kimia yang membantu otak mengirim sinyal dari satu daerah ke daerah lain - tidak baik bagi otak perkembangan otak bayi, katanya.
Terkait dengan temuan tersebut El Marroun supaya dokter tidak meresepkan SSRI bagi ibu hamil, dan mencari alternatif yang lain. "Kadang-kadang depresi dapat diobati tanpa obat," katanya.
Laporan ini diterbitkan secara online pada 5 Maret 2012 dalam Archives of General Psychiatry.
Dalam risetnya, El Marroun dan tim mempelajari hasil kelahiran pada hampir 7.700 wanita hamil. Di antara wanita tersebut, 91 persen di antaranya tidak memiliki gejala atau hanya mengalami depresi ringan dan sekitar 7 persen memiliki gejala depresi tetapi tidak menggunakan SSRI, sementara sisanya lebih dari 1 persen yang mengalami depresi juga mengonsumsi SSRI selama kehamilan.
Hasil menunjukkan bahwa wanita yang mengalami depresi tetapi tidak mengonsumsi SSRI cenderung memiliki bayi dengan tubuh dan kepala lebih kecil. Sedangkan wanita yang menggunakan SSRI cenderung memiliki bayi dengan kepala yang lebih kecil tetapi bukan tubuh yang lebih kecil. Anak-anak dari ibu yang menggunakan SSRI memiliki lingkar kepala yang lebih kecil ketimbang anak dari ibu yang depresi tetapi tidak mengonsumsi SSRI, meskipun bayi-bayi ini juga mengalami gangguan pertumbuhan lingkar kepala.
Peneliti mencatat bahwa lingkar kepala janin dapat menjadi indikator berat otak. Bahkan, ukuran kepala yang kecil pada bayi baru lahir sampai usia 4 minggu dapat menjadi indikasi adanya masalah perilaku dan gangguan kejiwaan. Namun El Marroun menegaskan bahwa penelitian ini hanya menunjukkan sebuah asosiasi dan bukan hubungan sebab-akibat antara SSRI, depresi dan hasil kelahiran.
Sementara itu Michael O'Hara, seorang profesor psikologi dari University of Iowa di Iowa City mengatakan bahwa konsumsi obat depresi bukanlah satu-satunya untuk mengatasi depresi pada ibu hamil.
Menurut O'Hara, perawatan psikologis untuk depresi dapat digunakan selama kehamilan, atau lebih awal bagi wanita yang merencanakan kehamilan mereka. "Perawatan psikologis memungkinkan seorang wanita untuk menghindari obat antidepresan, tapi pada saat yang sama mereka harus menerima perlakuan yang sangat baik untuk mengatasi depresi mereka," ucapnya.
O'Hara menambahkan, meskipun beberapa wanita hamil depresi perlu antidepresan, sebagian besar tidak memerlukan pengobatan jika mereka menerima perawatan psikologis, seperti psikoterapi interpersonal atau terapi perilaku. (Source : Kompas Health)