SURVEY PENGEMBANGAN PRAKTIK APOTEKER ADVANCE
Pada zaman sekarang ini, apoteker sebagai pakar obat-obatan menghadapi banyak tantangan baik di Indonesia maupun di negara-negara lain di dunia. Untuk apoteker yang berhadapan secara langsung dengan pasien, peningkatan populasi penuaan yang menyebabkan peningkatan komorbiditas dan kompleksitas obat-obatan pada pasien menuntut apoteker untuk memiliki kompetensi yang lebih baik dalam menangani masalah yang kompleks ini. Untuk peran apoteker yang tidak berhadapan langsung dengan pasien, seperti di industri ataupun di institusi pemerintahan, terdapat juga tantangan-tantangan lain misalnya tantangan terkait dengan pengembangan obat inovatif dan obat-obatan yang dipersonalisasi serta adanya kebutuhan untuk mengurangi biaya obat serendah mungkin dan tetap menyediakan pelayanan asuhan kefarmasian berkualitas tinggi.Selain itu, masalah keselamatan pasien dan tanggung jawab atas hasil terapi juga menjadi fokus utama dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

APAKAH TUJUAN DARI SURVEY INI?
Tujuan survei ini adalah untuk mengeksplorasi kondisi praktik kefarmasian apoteker di Indonesia dengan menggunakan Advanced Level Framework (ALF).

BAGAIMANA PENGEMBANGAN ADVANCED LEVEL FRAMEWORK (ALF) DI INDONESIA?
Advanced Level Framework (ALF) merupakan instrumen yang telah digunakan di negara lain di dunia untuk memajukan praktik kefarmasian di negara mereka. IAI melakukan proses adopsi dan adaptasi dari ALF untuk dapat disesuaikan dengan praktik kefarmasian di Indonesia. Versi terjemahan dari ALF telah diselaraskan dengan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia (SKAI) yang dapat di lihat di halaman "Penyelarasan ALF dengan SKAI" dari website ini. Langkah selanjutnya dalam pengembangan instrumen ini adalah dengan mengajak apoteker di Indonesia untuk menggunakan instrumen ini dengan berpartisipasi dalam pengisian survey ini. Hasil dari survei ini akan menunjukkan pemetaan apoteker di Indonesia dan akan digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dari instrumen ini sebagai alat yang dapat digunakan untuk mentransformasi apoteker di Indonesia.

KOMPETENSI APA SAJAKAH YANG TERDAPAT DI DALAM ADVANCED LEVEL FRAMEWORK (ALF)?
Setelah proses adopsi dan adaptasi, terdapat enam kelompok kompetensi, di antaranya adalah:
1. Pakar dalam praktik profesi
2. Hubungan kerja kolaboratif
3. Kepemimpinan
4. Manajemen
5. Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan
6. Penelitian dan Evaluasi

Di masing-masing kelompok kompetensi di atas, terdapat secara total 34 kompetensi yang dijelaskan di tiga tahapan/level pengembangan dari kompetensi tersebut. ALF adalah instrumen generik yang dapat digunakan di berbagai sektor praktik di Indonesia, baik apoteker yang bekerja di sektor pelayanan seperti apotek, rumah sakit, ataupun puskesmas, maupun apoteker yang bekerja di universitas, industri ataupun institusi pemerintahan. Satu-satunya perbedaan di antara sektor praktik dalam penerapan instrumen ini adalah kelompok kompetensi pertama yaitu "Pakar dalam praktik profesi". Setiap apoteker perlu menentukan ruang lingkup praktik mereka sendiri ketika mereka ingin memetakan diri mereka ke kelompok kompetensi pertama ini. Ruang lingkup praktik tersebut berkaitan dengan praktik di mana mereka saat ini bekerja, seperti sebagai akademisi, apoteker komunitas, apoteker industri, dsb.

Instrumen ini berhubungan dengan kinerja dari apoteker di praktik yang mereka definisikan, dampak dari kinerja mereka terhadap orang lain dan bagaimana mereka dapat memberikan bukti untuk mendukung pemetaan yang mereka lakukan. Instrumen ini tidak berhubungan dengan peran atau posisi apoteker dalam pekerjaan mereka dan tidak berhubungan dengan tempat mereka bekerja, baik apakah mereka bekerja di apotek franchise atau di apotek yang mereka miliki sendiri, apakah mereka bekerja di bidang managemen atau apakah pekerjaan mereka berhadapan langsung dengan pasien. Apoteker sendirilah yang akan mendefinisikan praktik mereka.

Fleksibilitas dari instrumen ini memungkinkan apoteker untuk menilai diri sendiri dan untuk mengidentifikasi level dari praktik mereka saat ini. Level atau tahapan yang berbeda mencerminkan tingkat kompetensi, kedalaman pengetahuan, pemahaman, dan kinerja dari apoteker tersebut. Ketika apoteker memetakan diri mereka dalam instrumen ini, mereka dapat mempertimbangkan peran dan pengalaman mereka sebagai bukti yang dapat mereka lampirkan untuk mendukung pemetaan mereka. Mereka juga dapat menggunakan instrumen ini untuk mengidentifikasi area yang ingin mereka kembangkan lebih lanjut di semua bidang praktik mereka, yang memungkinkan CPD yang dipersonalisasi dan rencana pengembangan profesional untuk mereka. Instrumen ini adalah pendekatan sistematis untuk menggerakkan apoteker untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat.

APAKAH MANFAAT DARI PENGEMBANGAN INSTRUMEN INI?
Untuk apoteker sendiri, ALF dapat mengidentifikasi kesenjangan dan keterampilan mereka untuk memfasilitasi CPD untuk apoteker tersebut. Apoteker dapat mencari informasi lebih lanjut untuk mengembangkan jalur karier mereka sendiri dan menunjukkan pencapaian mereka. Instrumen ini juga memudahkan apoteker untuk berpindah sektor pekerjaan atau untuk apoteker yang ingin kembali bekerja setelah lama tidak berpraktik. Untuk penyedia CPD atau universitas, ALF dapat digunakan sebagai alat untuk memetakan penyediaan pendidikan dan pelatihan yang berguna dan relevan untuk apoteker. Untuk perusahaan atau penyedia lapangan pekerjaan, ALF dapat digunakan sebagai alat yang dapat diandalkan untuk memfasilitasi persyaratan atau pengembangan karir apoteker. Untuk masyarakat, ALF dapat berfungsi sebagai alat yang penting untuk menjamin kualitas dan keamanan pelayanan kefarmasian.